admin@dialogika.co +62 851 6299 2597
Krisis Eksistensial, Kedewasaan, Kebebasan, Jean-Paul Sartre

Krisis Eksistensial Menuju Dewasa: Ketika Kebebasan Justru yang Mengurung Kita. Anak Muda Harus Gimana Dong?

Krisis Eksistensial - Inget gak sih, dulu waktu kecil, kita pasti suka mikir kalau jadi dewasa itu seru banget, gak ada yang ngatur, bisa milih jalan hidup sendiri, gak mikirin ujian lagi dan gak perlu lagi izin buat ngapa-ngapain. Tapi sekarang, setelah kita beranjak masuk ke kedewasaan dan setelah kebebasan itu ada di tangan kita….kok malah hidup jadi makin bikin pusing ya? Pilihan makin banyak, tanggung jawab makin numpuk dan semuanya punya konsekuensinya masing-masing. tapi kepala. Mau ngambil kerjaan takut salah jurusan, mau lanjut kuliah bingung harus ke mana, mau istirahat malah ngerasa bersalah. Bebas sih bebas, tapi kenapa malah kayak terpenjara?

  • Key Takeaways
  • Transisi Menuju Kedewasaan
  • Kebebasan dan Tanggung Jawab
  • Eksistensialisme Jean-Paul Sartre
  • Bertanggung Jawab Atas Keputusan


Ketika Kita Dipaksa Untuk Terus Maju...Tapi Gak Tau Harus Melangkah Kemana

Mungkin kalian banyak yang belum pernah denger atau belum paham tentang fenomena krisis eksistensial, tapi aku yakin kalian semua pernah mengalami hal itu. Kalian mengalami krisis eksistensial ketika kalian mulai mempertanyakan diri kalian dan semua yang berhubungan dengan keputusan dan tanggung jawab kalian di dunia. Mungkin dulu pas kita sekolah, kita masih belum banyak mempertanyakan hal-hal semacam itu karena kita masih punya pegangan untuk menjalankan hidup. Pas kita kecil, kita punya orang tua yang menuntun dan mendidik kita. Pas kita sekolah, kita punya guru yang ngajarin dan ngingetin kita kalau kita berbuat kesalahan. Mulai masuk kuliah, walaupun tanggung jawab kita atas pilihan kita semakin besar, tapi kita masih dituntun untuk menjalani masa ini lewat tugas, ujian, berorganisasi, skripsi dan sebagainya. Hal-hal tersebut yang bikin kita punya rutinitas dan akhirnya punya arah untuk terus ngejalanin hari. Walaupun kadang kita suka males sekolah, gak ngerjain tugas atau bolos masuk kelas, tapi dari hal-hal itu setidaknya kita jadi punya target...gak dilepas begitu aja.

 

Intinya, Krisis Eksistensial Itu....

Tapi, ketika kita udah mulai beranjak menuju kedewasaan, kita cuma punya diri kita sendiri untuk menciptakan semua pilihan dan tanggung jawab itu. Biasanya krisi eksistensial berakar dari situ. Jadi...Krisis eksistensial itu semacam momen “diam-diam mikir”: Aku ini sebenernya lagi ngapain sih? Hidup ini tujuannya apa? Aku mau jadi apa? Biasanya muncul saat hidup gak lagi diarahkan oleh rutinitas yang jelas, kayak setelah lulus sekolah, pindah kota, mulai kerja, atau sesimpel pas sendirian di malam hari dan tiba-tiba overthinking. Bedanya sama stres biasa, krisis ini gak cuma soal tekanan tugas atau deadline. Tapi lebih dalam, kayak rasa hampa, bingung sama arah hidup, ngerasa kayak jalan tapi gak tahu mau ke mana. Kita jadi mempertanyakan segala hal yang dulu kita anggap pasti, kayak cita-cita, nilai hidup, bahkan diri sendiri.

 

Apa Kata Jean-Paul Sartre, Si Filsuf Kebebasan?

Siapa Jean-Paul Sartre?

Jean-Paul Sartre adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dari abad ke-20 dan dikenal sebagai tokoh utama eksistensialisme Prancis. Pemikirannya banyak lahir dari refleksi terhadap perang, kemerdekaan individu, dan kegelisahan manusia modern. Ia bukan hanya seorang filsuf, tapi juga penulis drama, novel, dan aktivis politik. Lewat karya-karyanya seperti Being and Nothingness, Sartre mengajak kita untuk melihat bahwa manusia itu tidak “diciptakan” dengan makna yang sudah pasti, melainkan justru menciptakan maknanya sendiri.

"Manusia Dikutuk Untuk Bebas" Maksudnya?

Salah satu konsep paling terkenal dari Sartre adalah: "Manusia terkutuk untuk bebas" (man is condemned to be free). Maksudnya, begitu kita sadar sebagai makhluk berpikir, kita gak bisa lari dari kebebasan memilih. Kita bebas menentukan jalan hidup, bebas bertindak, bebas menjadi apa pun. Tapi kebebasan itu datang sepaket dengan tanggung jawab penuh atas semua pilihan yang kita buat. Tidak ada lagi Tuhan, sistem, atau orang tua yang bisa dijadikan kambing hitam. Semua ada di tangan kita sendiri.

 

Letak titik temu antara kebebasan dan krisis eksistensial tuh di sini. Banyak anak muda mengalami krisis ini justru ketika hidup mulai lepas dari kendali eksternal (lulus sekolah, lepas dari rumah, masuk dunia kerja) dan tiba-tiba disodori sejuta pilihan. Teori Sartre mengungkap bahwa kecemasan itu bukan karena kita “gagal jadi dewasa”, tapi justru karena kita sadar bahwa kita adalah penentu hidup kita sendiri. Bebas, tapi sendirian. Dan itu berat.

 

Jadi...Kita Harus Apa Buat Menghadapi Krisis Eksistensial Ini?

Kecemasan saat menghadapi banyak pilihan bukan tanda kamu gagal, tapi justru tanda bahwa kamu sadar. Seperti kata Sartre, kita “terkutuk untuk bebas”, dan itu bukan hal yang ringan. Tapi daripada lari dari kebebasan itu, mungkin kita bisa belajar untuk hidup bersamanya. Berikut beberapa langkah sederhana untuk mulai berdamai dengan krisis ini:
1. Terima bahwa cemas itu wajar.
Perasaan bingung atau takut salah langkah adalah bagian dari menjadi manusia yang bebas. Justru karena kamu peduli, makanya kamu gelisah. Jadi jangan buru-buru merasa gagal hanya karena merasa ragu.
2. Mulai dari yang kecil, bukan yang sempurna.
Kamu gak harus langsung tahu jawaban besar. Lakukan hal-hal kecil yang kamu yakini sekarang meski belum yakin arahnya ke mana. Pilihan kecil yang jujur bisa jadi pijakan penting ke depan.
3. Tanggung jawab bukan beban, tapi kekuatan.
Memilih memang berarti menanggung akibatnya. Tapi justru dari situ, kamu sedang belajar menjadi dewasa. Gak apa-apa salah, yang penting kamu hadir dan belajar dari prosesnya.


Menawar, negosiasi, murah

Tanya Aja Dulu

Susah dan Gugup Ngomong di Depan Umum? Konsul Aja Dulu

Tanya Admin


Penutup

Pada akhirnya, krisis eksistensial bukan sesuatu yang harus ditakuti atau disembunyikan. Ia adalah bagian dari perjalanan menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Rasa bingung, takut salah, atau overthinking justru jadi tanda bahwa kamu sedang bergerak meski pelan. Ingat, kamu gak harus tahu segalanya sekarang. Tapi kamu bisa mulai dari satu langkah kecil hari ini. Dan kalau kamu butuh ruang untuk tumbuh, belajar, atau sekadar memaknai ulang dirimu, kamu bisa temukan itu di Dialogika, tempat tumbuhnya keberanian berbicara, berpikir, dan menjadi.


Gambar kak Muhammad Abyan Alhafizh

Muhammad Abyan Alhafizh

trust the process.

Writer Notes

Notes

Tulisan ini lahir dari kegelisahan yang… ya, mungkin juga kamu rasakan. Ada masa di mana hidup terasa penuh pilihan, tapi kepala justru makin berat. Rasanya kayak tersesat di jalan yang kita pilih sendiri. Aku pun pernah (dan kadang masih) ada di fase itu—dan mungkin itu wajar. Karena ternyata, jadi dewasa bukan soal tahu semua jawaban, tapi soal berani bertanya dan tetap jalan meski belum yakin. Semoga tulisan ini bisa nemenin kamu yang lagi nyari arah, dan jadi pengingat kecil bahwa kamu gak sendirian.

Komentar