admin@dialogika.co +62 851 6299 2597
insecure, secure, cara mengatasi insecure, cari jadi secure, percaya diri, merasa aman

Kenapa Kita Mudah Insecure dan Cara Lebih Secure di Dunia yang Serba Kompetitif

Kenapa Gampang Insecure dan Cara Lebih Secure - Pernah nggak, baru buka Instagram langsung disuguhkan dengan postingan teman yang baru dipromosikan jabatan? Atau postingan kenalanmu yang baru saja menikah, wisuda, ataupun liburan ke luar negeri dengan baju dan tas brandednya?

Lalu seketika kamu langsung menutup aplikasi Instagram itu dan berdiam diri. Tiba-tiba merasa ada perasaan aneh yang mengganjal dan sulit untuk dijelaskan. Di satu sisi kamu merasa senang melihat semua itu, tapi di sisi lain jadi mempertanyakan diri sendiri juga.

  • Key Takeaways
  • Cara Mengatasi Insecure
  • Cara Jadi Lebih Secure
  • Kenapa Kita Gampang Insecure
  • Self-Esteem Rendah
  • Membatasi Konsumsi Media Sosial

Kemudian muncul pertanyaan di kepala seperti, “Kok mereka bisa sudah mencapai itu semua ya? Kenapa aku masih gini-gini saja?”

Ada rasa tidak percaya diri dalam dirimu dan menganggap bahwa dirimu tertinggal dengan orang lain. Kamu menganggap bahwa semua orang sudah jauh berlari di depan, sementar kamu masih berjalan pelan di garis awal. Itu artinya kamu sedang merasa insecure dengan dirimu.

Insecure adalah perasaan wajar dan umum dirasakan oleh siapapun. Banyak orang yang merasakannya, tetapi sedikit yang bisa mengakui bahwa mereka insecure. Padahal tidak ada yang salah dengan mengakui perasaan itu. Namun, bukan berarti kamu bisa bersikap semena-mena karena adanya perasaan itu. Misalnya kamu jadi bersikap angkuh ke temanmu yang mengunggah postingan pencapaian mereka. Itu adalah hal yang salah.

Mengakui bukan berarti membenarkan tindakan atas apa yang kamu rasakan. Mengakui berarti kamu mengurai perasaan itu untuk disikapi dengan baik. Bagaimana caranya?

Apa Itu Insecure? Bagaimana bisa muncul?


Insecure merupakan perasaan tidak aman terhadap diri sendiri. Dalam hal ini, seseorang merasa terganggu atau terancam atas kehadiran suatu hal. Itu tak hanya soal fisik, tetapi bisa juga soal karier, pencapaian, finansial, hubungan, hingga identitas diri. Insecure bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal ini bisa disebabkan oleh self-esteem yang rendah, perfeksionisme, standar diri tinggi yang dimiliki seseorang, hingga terbiasa dalam lingkungan tidak aman yang kerap mengkritik atau merendahkan seseorang. Orang yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu secara tidak sadar memiliki ‘alarm’ dalam diri mereka.

Alarm itu akan aktif ketika ada sesuatu yang men-triggernya, salah satunya dapat berupa postingan orang di media sosial. Ketika alarm itu sudah aktif, seseorang akan mempertanyakan kemampuan dan kualitas diri mereka sendiri.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang juga menjadi penyebab rasa insecure muncul dalam diri seseorang. Faktor eksternal ini dapat berupa tekanan atau ekspektasi orang lain terhadap diri seseorang, dunia yang semakin kompetitif, dan fenomena FOMO.

Semua faktor itu diperkuat dengan kehadiran media sosial sebagai ruang untuk seseorang membandingkan diri mereka dengan orang lain. Akhirnya seseorang menjadi insecure karena terus melihat banyak kehidupan orang lain dalam waktu yang sebentar. Terlebih apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah hasil akhir atau pencapaian saja, sehingga orang tidak melihat ‘masa sulit’ seseorang tersebut.


Kenapa Pencapaian Orang Lain Terasa Seperti Ancaman?


Hidup bukanlah sebuah perlombaan dan kita mengetahui itu dengan jelas. Kita juga kerap mendengar bahwa seseorang memiliki waktunya masing-masing. Namun mengapa kita terkadang masih merasa bahwa pencapaian orang lain seperti ancaman?

1. Social Comparison dan Sulitnya Self-Control

Pikiran kita secara otomatis melakukan perbandingan dengan orang lain. Tujuannya untuk mengetahui sudah berada di posisi mana diri kita berdiri. Namun, di era digital yang serba cepat ini, hal yang kita bandingkan terlalu banyak dan cepat sehingga kita kewalahan dengan hal itu. Kita tidak bisa mengontrol pikiran kita sehingga tak lagi bisa melihat dan berpikir secara jernih ada di posisi mana kita saat ini. Akhirnya yang terjadi adalah kita merasa hal itu sebagai ancaman sendiri.


2. Menganggap Peluang Keberhasilan Kita Berkurang

Terkadang ketika melihat keberhasilan atau pencapaian orang lain, kita menganggap bahwa peluang keberhasilan kita berkurang. Padahal nyatanya, peluang keberhasilan kita masih terbuka lebar tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Kita masih terjebak dalam pikiran jika orang lain sukses, berarti aku sudah tertinggal. Pikiran seperti itulah yang kemudian mengancam diri kita sendiri.


3. Standar Keberhasilan yang Tinggi

Dulu standar orang untuk dikatakan sukses atau berhasil sangatlah sederhana dan umum. Misal, seseorang dikatakan suskes ketika sudah punya banyak uang. Itu adalah standar yang sederhana dan cukup umum. Namun semakin ke sini, standar atau definisi sukses dan berhasil semakin meluas dan spesifik. Misalnya, setelah lulus kuliah harus langsung dapat pekerjaan, setelah usia sekian harus segera punya pasangan dan menikah, atau di usia muda harus sudah punya rumah. Lalu ketika itu tidak terpenuhi, kita merasa gagal. Standar tinggi yang kaku itu membuat kita terus berada di kondisi ‘waspada’ dan membuat kita terancam.


Cara Menjadi Lebih Secure dan Tidak Merasa Terancam Oleh Orang Lain


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun rasa secure dalam diri agar tidak mudah merasa terancam oleh orang lain:


1. Kenali Trigger Insecure

Seseorang pasti memiliki triggernya tersendiri mengapa insecure itu bisa hadir dalam diri mereka. Ada yang merasa tertinggal ketika melihat pencapaian akdemik orang lain, ada yang panas dingin ketika melihat pasangan orang lain, dan ada juga yang tersinggung karena karier orang lain berjalan mulus.
Sadari dan kenali kapan kita merasa tidak aman dan nyaman. Ini akan membantu kita menyadari apa akar perasaan yang kita rasakan.


2. Beri Validasi, Bukan Cari Validasi

Hidup dalam ruang digital yang transparan membuat kita kerap mencari perhatian dan validasi dari orang lain. Itulah yang menyebabkan diri kita tidak merasa cukup dan aman sebab kita akan menggantungkan standar hidup pada standar orang lain.

Mulai sekarang, cobalah untuk berikan banyak validasi dan afirmasi positif pada diri kita sendiri. Berhenti untuk mencari validasi dari orang lain sebab itu tidak akan ada habisnya. Hiduplah dengan standar hidup kita sendiri. Pada dasarnya kita hidup untuk diri sendiri, bukan orang lain.

3. Berkompetisi dengan Diri Sendiri

Hidup bukanlah soal berkompetisi dengan orang lain, tetapi berkompetisi dengan diri kita di masa lalu. Cobalah untuk fokus melihat bagaimana dirimu saat ini dan bandingkan hanya dengan dirimu di masa lalu saja. Lihat sudah seberapa jauh kamu berproses hingga saat ini. Kemenangan kecil atas diri kita dengan masa lalu jauh lebih berharga dibandingkan kemenangan besar atas orang lain.


4. Batasi Konsumsi Media Sosial dan Bangun Interaksi Nyata

Di era digital yang begitu cepat ini, mengonsumsi media digital berlebih membuat kita kehilangan banyak energi. Ini dikarenakan kita mengonsumsi banyak informasi dalam waktu yang cepat. Energi kita terkuras untuk menerima dan mengolah informasi tersebut dalam waktu sebentar. Maka mulailah untuk membatasi diri dari mengonsumsi media sosial. Tidak semua hal perlu kita lihat dan perhatikan.

Cobalah untuk berinteraksi di luar dunia digital. Bangunlah koneksi nyata dengan orang-orang di sekitar. Koneksi itu akan membuat kita lebih menyadari realita kehidupan sekitar serta mampu melihat dan merasakan bagaimana hidup yang sesungguhnya.

5. Fokus Pada Proses, Bukan Hasil

Insecure dapat muncul karena kita kerap berfokus pada hasil orang lain. Padahal realitanya untuk mendapatkan hasil yang mereka tampilkan itu, mereka juga melewati proses sulit yang tidak terlihat oleh kita. Kita tidak pernah tahu kesulitan itu karena mereka pun tidak membagikannya.

Oleh karena itu, mulailah untuk fokus pada proses kita sendiri. Sekecil apapun proses yang kita lakukan, itu sangat berarti. Suatu hal kecil yang dilakukan secara konsisten akan membangun rasa aman yang besar nantinya.


Insecure Tak Sepenuhnya Salah


Mungkin terdengar aneh, tetapi insecure tidak sepenuhnya salah. Itu bisa jadi pertanda bahwa diri kita memiliki sesuatu yang perlu kita perbaiki. Misalnya ketika kita insecure soal karier, itu artinya kita memiliki keinginan untuk bisa berkembang seperti mereka. Atau ketika kita insecure melihat hubungan orang lain, itu pertanda bahwa kita perlu lebih banyak cinta untuk diri kita.

Insecure bisa menjadi sinyal untuk kita bisa lebih memperhatikan apa yang dibutuhkan dari diri ini. Namun banyak orang justru berhenti pada perasaan itu saja dan tidak memahami perasaan itu lebih jauh. Jika kita bisa membaca dan memahami sinyal itu dengan baik, insecure bisa menjadi gerbang menuju pertumbuhan diri kita yang lebih baik.

Penutup

Setiap orang memiliki waktu hidupnya masing-masing. Tidak semua hal harus bergerak cepat dan sama seperti orang lain. Hidup bukanlah perlombaan dan kita sedang tidak berkompetisi dengan siapapun. Kalaupun berkompetisi, satu-satunya lawan hanyalah diri kita di masa lalu.

Secure bukan soal bagaimana kita memiliki segalanya. Menjadi secure adalah soal bagaimana merasa aman dan nyaman dengan diri sendiri. Kita bisa menerima segala hal dengan tenang serta tidak menganggap pencapaian orang lain sebagai ancaman.

Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi bukan berarti mustahil juga. Ingatlah bahwa hidup memiliki banyak jalan dan kita saat ini sedang berproses membangun jalan itu. Entah kapan jalan itu akan berhasil terbangun, tetapi satu yang pasti bahwa itu adalah waktu terbaikmu. Tidak ada kata terlambat sebab semua sudah ditakdirkan.


“Our envy always lasts longer than the happiness of those we envy.”


Gambar kak Afifah Rismayanti

Afifah Rismayanti

Boleh takut, tapi jangan lupa berani.

Writer Notes

Notes

Tulisan ini dibuat sebagai ruang aman untuk kamu yang sering merasa tidak cukup atau merasa hidup orang lain selalu lebih cepat dari hidupmu. Semua orang pernah berada di titik itu. Bedanya hanya pada bagaimana mereka mengelola perasaan tersebut. Semoga artikel ini membantu kamu melihat diri sendiri dengan lebih lembut dan memahami bahwa secure bukan soal pencapaian besar, tetapi soal berdamai dengan perjalananmu. Kamu layak merasa aman. Kamu layak merasa cukup.

Komentar