
Hustle Culture: Bagaimana Memengaruhi Gen Z di Tempat Kerja?
Hustle Culture in Work Life - Bayangkan ada seseorang yang bekerja disebuah perusahaan, namun setiap hari datang lebih awal, lembur yang membuatnya pulang larut malam, bahkan saat akhir pekan pun tetap membawa laptopnya kemana-mana untuk menyelesaikan pekerjaannya. Awalnya, memang terlihat produktif dan keren. Tapi, lama-lama jadi sadar bahwa hal tersebut membuat kehilangan banyak waktu untuk sekadar istirahat atau bertemu dengan teman. Hal tersebut tidak jarang terjadi, itulah gambaran nyata dari hustle culture yang kini banyak menjerat Generasi Z di tempat kerja.
- Key Takeaways
- Hindari Hustle Culture
- Ciptakan Cara Kerja Sehat
- Cari Keseimbangan Produktivitas dan Kesehatan Mental
- Buat Batasan Kerja
- Beri Waktu untuk Otak Beristirahat
Apa itu Hustle Culture?
Dampak dari Hustle Culture
Bagaimana Langkah Menghadapi Hustle Culture?
Tetapkan batasan kerja
Prioritaskan kesehatan mental
Belajar mengatakan tidak
Gunakan teknik manajemen waktu
Cari lingkungan kerja yang mendukung

Penutup
Hustle culture merupakan budaya yang membuat seseorang menganut workholism atau gila kerja. Membuat seseorang berpikiran bahwa kerja keras tanpa henti akan membuat lebih cepat encapai kesuksesan, bahkan membuat dirinya merasa tidak mau kalah dengan teman sejawat. Hustle culture dapat membuat seseorang akan kehilangan waktunya untuk diri sendiri, bahkan hanya untuk beristirahat ataupun bertemu dengan teman. Maka, sebagai Generasi Z yang mulai masuk dalam dunia kerja, usahakan untuk menghindari budaya hustle culture untuk menjaga pikiran dan mental tetap aman supaya tetap dapat terjaga dalam menghadapi pekerjaan yang ada.
"We think, mistakenly, that success is the result of the amount of time we put in at work, instead of the quality of time we put in."
Writer Notes
Notes
Tulisan ini dibuat untuk memberikan perspektif tentang bagaimana hustle culture dapat memengaruhi generasi muda, khususnya Generasi Z, dalam dunia kerja. Banyak dari mereka yang ingin cepat sukses, namun tanpa sadar terjebak dalam pola kerja berlebihan yang melelahkan. Artikel ini bisa menjadi pengingat bahwa kesuksesan sejati tidak harus dicapai dengan mengorbankan kesehatan mental dan kehidupan pribadi.