Menghilangkan Rasa Baper di Depan Audiens

Mengendalikan Rasa Baper di Depan Audiens - Gyrus Parahippocampal

Menghilangkan Rasa Baper - Hai, sobat muda yang kece-kece! Gimana kabarnya hari ini? Pasti sebagian dari kalian udah pernah denger atau bahkan ngerasain sendiri saat temen atau saudara bilang, "Eh, kamu kok baperan sih?".

Nah, sebelum kita ngobrol lebih jauh tentang gimana sih caranya ngomong di depan banyak orang tanpa kebawa emosi, yuk, kita seru-seruan dulu ngulik apa sih sebenarnya arti dari 'baper' itu dan kenapa kata ini bisa jadi sering banget kita denger di sekitar kita.

Apa Itu 'Baper' di Dunia Public Speaking?

Menghilangkan Rasa Baper di Depan Audiens

Menghilangkan Rasa Baper di Depan Audiens

Hey sobat! Kata 'baper' ini pasti udah jadi menu sehari-hari di obrolan kita, kan?

Yup, itu dia, singkatan dari 'bawa perasaan'. Biasanya kita denger kata 'baper' saat teman kita terlalu larut dalam lagu sedih atau pas nonton scene haru di film.

Nah, sekarang bayangin deh, kamu lagi jadi pembicara di sebuah acara.

Tiba-tiba, saat kamu cerita sesuatu yang relate dengan pengalaman pribadi, emosi kamu ikut campur dan 'baper' muncul.

Emosi yang tadinya seharusnya jadi bumbu penyedap malah jadi dominan, sampe-sampe audiens lebih fokus ke reaksi 'baper' kamu daripada pesan yang mau kamu sampaikan.

Bayangin aja, kamu udah siap-siap, latihan berjam-jam, tapi gara-gara 'baper', pesan utama kamu jadi terlupakan.

Tentu kamu nggak mau kan suasana jadi awkward atau pesan kamu nggak tersampaikan dengan baik hanya karena kamu kebawa 'baper' saat public speaking?

So, keep that in mind ya, sobat!

Kenapa Bisa Jadi Orang yang 'Baperan'?

Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, "Kenapa sih, gue bisa jadi orang yang gampang 'baperan'?"

Nah, buat yang belum tahu, rupanya jawabannya ada di dalam kepala kita sendiri, lho.

Di otak kita ada semacam 'gudang spesial' bernama Gyrus Parahippocampal.

Keren banget namanya, kan?

Lalu apa itu gyrus parahippocampal?

Gyrus parahippocampal adalah sebuah struktur di otak yang terletak di daerah medial dari lobus temporal.

Ini adalah bagian penting dari sistem limbik, dan berperan penting dalam fungsi memori dan pemetaan spasial.

Nah, zona ini punya tugas khusus, yaitu menyimpan kenangan-kenangan yang penuh dengan emosi. Bukan cuma itu, zona ini juga bertugas memproses apa yang kita lihat dan dengar.

Jadi, misalnya nih, kamu lagi jadi pembicara di suatu acara, trus tiba-tiba melihat atau mendengar sesuatu yang mengingatkan kamu ke kenangan lama.

Nah, si Girus parahipokampus ini bisa aktif dan bikin emosi atau kenangan lama itu muncul lagi.

Akhirnya, tanpa disadari, kamu bisa jadi 'baperan' di tengah-tengah acara tersebut.

Seru ya, gimana otak kita bisa bekerja seperti itu? Jadi, bukan salah kita sepenuhnya kalau kadang kita jadi 'baperan'.

Tips Agar Tidak 'Baperan' Saat Berbicara

Menghilangkan Rasa Baper di Depan Audiens

Menghilangkan Rasa Baper di Depan Audiens

Pernah merasa 'baperan' saat berdiri di depan audiens? Wah, nggak mau kan kalau suasana jadi awkward gara-gara emosi yang tiba-tiba meluap?

Nah, buat kamu yang ingin tampil lebih prima saat berbicara di depan orang banyak, nih ada beberapa tips jitu biar kamu nggak kebawa 'baper':

  1. 1. Latihan dan Persiapan yang Matang

    Tau kan pepatah, "Latihan membuat sempurna?".

    Nah, prinsip ini juga berlaku saat kamu ingin jadi speaker yang oke.

    Semakin sering kamu latihan, kamu akan jadi lebih paham materi dan bisa mengendalikan emosi pribadi yang mungkin muncul.

    Jadi, bukan cuma otot yang perlu olahraga rutin, otak dan mulutmu juga perlu workout!

  1. 2. Jadi 'Laser' yang Fokus!

    Sebelum mulai bicara, tanya dulu pada diri sendiri, "Apa sih tujuan utama aku berbicara di sini?".

    Ingat, kamu di sana bukan untuk sesi curhat, tapi untuk menyampaikan pesan yang penting.

    Jadi, kayak laser yang fokus, pastikan pikiran dan energimu terarah pada tujuan utamamu!

  1. 3. Tenangkan Diri dengan Napas Panjang

    Kalau tiba-tiba merasa deg-degan atau emosi mulai naik, coba teknik sederhana ini: tarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan.

    Percaya deh, teknik ini bisa menjadi 'magic button' yang menenangkan dirimu di saat-saat kritis.

    Bayangin aja kamu lagi di pantai sambil dengerin deburan ombak. Relax

Tapi.. jangan sedih menjadi orang yang 'baperan' saat tampil depan audiens, belum sepenuhnya buruk kok. Kamu bisa mengubah rasa bapermu menjadi topik pembicaraan yang bisa kamu sampaikan apabila itu masih relvean.

"Your emotions are the slaves to your thoughts, and you are the slave to your emotions."

Elizabeth Gilbert, 'Eat, Pray, Love'

Ubah 'Baper' Menjadi Sesuatu yang Positif

Dari 'Baper' ke 'Power'! Emosi itu kayak bumbu dapur.

Tanpa bumbu, makanan kita rasanya hambar. Begitu juga saat kamu bicara di depan orang banyak. Emosi bisa jadi bumbu yang membuat ceritamu jadi lebih 'nyess' di hati pendengar.

Tapi, tentunya kita nggak mau kan kalau bumbunya kebanyakan sampe bikin yang denger jadi 'seger'? Nah, kuncinya ada pada bagaimana kita mengolah dan mengendalikan 'baper' kita.

Misalnya nih, kamu lagi cerita tentang pengalaman pahit di masa lalu. Daripada larut dalam kesedihan dan jadi mewek di depan banyak orang, coba deh gunakan rasa sedih itu untuk menambah kedalaman ceritamu, biar audiens bisa merasakan apa yang kamu rasakan.

Dengan begitu, bukan hanya 'baper' yang kamu sampaikan, tapi juga inspirasi dan semangat. Intinya, jadilah 'chef' yang jago dalam mengolah 'baper'.

"The emotion that can break your heart is sometimes the very one that heals it."

Nicholas Sparks, 'At First Sight'

Kesimpulan

So, sobat semua, 'baper' itu bukan halangan buat kita buat tampil keren saat bicara di depan banyak orang.

Walau kadang 'baper' bisa bikin kita melantur, asal kita tau cara handle dan manfaatkan emosi kita dengan baik, 'baper' bisa jadi bumbu spesial buat cerita kita.

Intinya? Jangan takut 'baper', pelajari dan kendalikan.

Maya Alif Bunga M

Maya Alif Bunga Marshanda


Life must go on. Get out of comfort zone and do what you've been worried about all this time

Rama Anindya

Rama Anindya


In solitude, the lone wolf discovers the strength within, not in the company of the pack, but in the echo of its own howl.

Pay Us By Leaving

Your Rating

Support semangat penulis dengan memberikan komentar dan masukan plus komentarmu akan kami masukkan ke website ini dalam bentuk anonimus