'
Mengelola Perasaan Minder dan Tidak Percaya Diri

Sering Minder dan Tidak Percaya Diri? Hati-Hati Kena Imposter Syndrome!

14/01/2024

Mengelola Perasaan Minder dan Tidak Percaya Diri - Pernahkah Anda merasa seperti sedang berjalan di atas tali tanpa jaring pengaman?

Seolah-olah setiap langkah yang Anda ambil harus sempurna.

Jika tidak, Anda akan terjatuh dan semua orang akan menyaksikan kegagalan Anda.

Apakah Anda pernah merasa bahwa keberhasilan yang Anda capai tidak lebih dari sekedar keberuntungan?

Atau pernahkah Anda merasa takut orang lain akan menemukan bahwa Anda sebenarnya tidak sehebat yang mereka pikir?

  • Key Takeaways
  • Memahami Perasaan Diri : Perasaan ini bukan realitas.
  • Catat Pencapaian : Sebagai pengingat kemampuanmu saat merasa ragu.
  • Kembangkan Self-Compassion : Bersikap lembut dan pemaaf terhadap diri sendiri.

XXXKEYWORD

Tanya Aja Dulu

Susah dan Gugup Ngomong di Depan Umum? Konsul Aja Dulu

Tanya Admin

Jika ya, tenang, Anda tentu tidak sendiri.

Dalam istilah psikologi dikenal sebagai 'Imposter Syndrome'.

Perasaan ini sering dialami banyak orang.

Fenomena ini bukan hanya sekedar rasa minder atau tidak percaya diri yang sesekali muncul, melainkan sebuah kondisi yang lebih dalam dan kompleks.

Imposter Syndrome adalah perasaan di mana seseorang meragukan pencapaian dan kompetensinya sendiri.

Perasaan ini seringkali disertai dengan ketakutan akan terbongkarnya 'penipuan' mereka.

Ironisnya, perasaan ini sering dialami oleh orang-orang yang justru berprestasi tinggi.

Setelah semua kesuksesan yang mereka raih, mereka merasa tidak pantas mendapatkannya.

Mereka selalu khawatir suatu saat akan dianggap sebagai 'penipu'.

Mari kita jelajahi bersama fenomena unik ini dan temukan cara untuk mengatasinya, agar kita dapat berjalan dengan lebih percaya diri di atas tali kehidupan ini.

Mengenal Imposter Syndrome

Imposter Syndrome adalah istilah yang diciptakan pada tahun 1978 oleh psikologis Pauline Clance dan Suzanne Imes.

Mereka menggambarkan fenomena ini sebagai pola pikir di mana seseorang meragukan keberhasilan dan pencapaiannya sendiri.

Dan seringkali disertai kekhawatiran bahwa mereka akan terbukti sebagai 'penipu'.

Imposter Syndrome adalah sebuah paradox.

Mereka yang menderita sindrom ini biasanya adalah individu yang berprestasi.

Ironisnya, mereka tidak bisa menginternalisasi dan menerima keberhasilan mereka sendiri.

Alih-alih merasa bangga, mereka dikuasai oleh rasa takut dan kecemasan akan 'terbongkarnya' rahasia mereka.

Mereka sering merasa bahwa keberhasilan yang diraih bukanlah hasil dari kemampuan atau usaha keras.

Melainkan karena keberuntungan, kebetulan, atau karena berhasil memanipulasi persepsi orang lain tentang diri mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, Imposter Syndrome bisa muncul dalam berbagai bentuk.

Misalnya, seorang pekerja yang berhasil mendapatkan promosi mungkin berpikir, "Saya tidak pantas mendapatkan ini, pasti ada yang salah.”

Atau seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus mungkin berpikir, "Saya hanya beruntung, saya sebenarnya tidak pintar."

Ini adalah contoh dari pikiran-pikiran yang sering muncul pada orang-orang yang mengalami Imposter Syndrome.

Psikologis mengaitkan Imposter Syndrome dengan berbagai faktor psikologis, termasuk pola asuh, kepribadian, dan pengalaman masa lalu.

Orang-orang yang tumbuh dalam keluarga yang sangat menekankan pencapaian atau orang tua yang sangat kritis cenderung mengembangkan Imposter Syndrome.

Begitu juga, individu dengan kepribadian perfeksionis, yang selalu menetapkan standar sangat tinggi bagi diri mereka sendiri, sering merasa tidak pernah cukup baik.

Terkena Imposter Syndrome tentu saja berdampak buruk bagi kehidupan, diantaranya adalah :

  1. Memengaruhi Karier
  2. Imposter Syndrome bisa menyebabkan seseorang menghindari pengambilan peluang karier.

    Mereka merasa tidak memadai untuk promosi, atau bahkan menolak peluang karena takut gagal.

    Orang dengan Imposter Syndrome seringkali tidak mengambil risiko atau mengejar peluang karier karena takut gagal.

    Ini berakibat pada stagnasi karier dan kehilangan potensi untuk bertumbuh.

    Mereka juga cenderung untuk melebih-lebihkan kritik dan mengabaikan pujian.

    Yang akhirnya bisa mengganggu kepercayaan diri di tempat kerja.

  3. Efek pada Kesehatan Mental
  4. Stress kronis, kecemasan, dan depresi sering dikaitkan dengan Imposter Syndrome.

    Individu mungkin juga mengalami penurunan harga diri dan motivasi.

    Selain stres dan kecemasan, Imposter Syndrome dapat menyebabkan rasa terisolasi dan kesepian

    Seseorang akan merasa bahwa mereka tidak bisa berbagi perasaan mereka dengan orang lain.

    Ini dapat memperburuk kondisi seperti depresi dan meningkatkan risiko burnout.

  5. Dampak Sosial
  6. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari interaksi sosial.

    Mereka akan merasa tidak sebanding dengan orang lain, atau mengalami kesulitan dalam membina hubungan yang sehat karena ketidakpercayaan diri.

    Dalam kehidupan pribadi, mereka mungkin menghindari situasi sosial di mana mereka merasa akan dinilai.

    Yang akhirnya dapat menyebabkan pengasingan sosial.

    Ini juga bisa mempengaruhi hubungan dengan keluarga dan teman.

    Seorang individu mungkin merasa tidak cukup baik atau khawatir jika orang yang mereka cintai akan menemukan 'kebenaran' tentang mereka.

  7. Pengembangan Diri Terhambat
  8. Orang dengan Imposter Syndrome seringkali kesulitan untuk tumbuh dan berkembang.

    Mereka cenderung menghindari tantangan dan tidak percaya pada kemampuan belajar dan berkembang mereka.

    Imposter Syndrome bisa menjadi penghalang utama dalam mencapai potensi penuh.

    Individu mungkin menghindari situasi yang memerlukan pembelajaran atau pertumbuhan baru karena takut gagal.

    Ini menghalangi perkembangan keterampilan baru dan menciptakan siklus ketakutan yang menghambat kemajuan pribadi.

Ingin ‘sembuh’ dari Imposter Syndrome? Begini cara yang bisa Anda coba!

  1. Mengakui dan Memahami Perasaan Diri
  2. Langkah pertama dan paling penting adalah mengakui bahwa Anda mengalami Imposter Syndrome.

    Mengakui bukan berarti menyerah.

    Ini merupakan langkah awal untuk mengubah.

    Pahami bahwa perasaan ini bukanlah realitas.

    Ini adalah pengalaman umum yang tidak mencerminkan kemampuan sejati Anda.

    Dengan menyadari hal ini, Anda bisa mulai memisahkan fakta dari persepsi diri yang salah.

  3. Bicarakan Tentang Perasaan Anda
  4. Membuka diri dan berbicara tentang perasaan Anda bisa sangat melegakan.

    Temukan seseorang yang Anda percayai.

    Bisa teman, keluarga, atau mentor - dan bagikan cerita Anda.

    Seringkali, mendengar perspektif orang lain dapat membantu menormalkan perasaan dan menyadari bahwa banyak orang lain mengalami hal serupa.

    Ini juga bisa membantu mengurangi rasa isolasi yang sering menyertai Imposter Syndrome.

A lack of transparency results in distrust and a deep sense of insecurity

  1. Catat Pencapaian
  2. Buatlah daftar pencapaian Anda, baik besar maupun kecil.

    Aktivitas ini bertujuan untuk memberi perspektif yang lebih objektif tentang pencapaian Anda.

    Ketika Anda merasa ragu, lihat kembali daftar ini sebagai pengingat akan kemampuan Anda.

    Ini juga cara yang bagus untuk merayakan keberhasilan kecil dan mengakui usaha yang telah Anda lakukan.

  3. Tetapkan Standar Realistis
  4. Seringkali Imposter Syndrome disertai dengan perfeksionisme.

    Belajarlah untuk menetapkan tujuan yang realistis.

    Pahami bahwa kesalahan adalah bagian normal dari proses belajar dan pertumbuhan.

    Penting untuk mengakui bahwa tidak ada yang sempurna.

    Setiap orang berhak untuk belajar dari kesalahan tanpa merasa seperti seorang 'penipu'.

  5. Mengembangkan Self-Compassion
  6. Belajarlah untuk bersikap lebih lembut dan pemaaf terhadap diri sendiri.

    Latih diri Anda untuk mengenali saat Anda terlalu keras pada diri sendiri.

    Cobalah untuk mengganti kritik internal dengan pemikiran yang lebih mendukung dan pemaaf.

    Self-compassion bukan berarti Anda mengabaikan kesalahan.

    Melainkan tentang menghargai diri sendiri sebagai manusia yang terus berkembang.

  7. Konsultasi dengan Profesional
  8. Jika Imposter Syndrome Anda mengganggu secara signifikan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional.

    Seorang psikolog atau konselor dapat membantu Anda memahami asal-usul perasaan ini.

    Langkah ini dapat membantu Anda mengembangkan strategi untuk mengatasi perasaan tidak aman.

    Terapi bisa menjadi ruang yang aman untuk menjelajahi pikiran dan perasaan ini serta belajar cara-cara baru untuk mengelolanya.

Kesimpulan

Imposter Syndrome bukan hanya sekadar rasa ragu atau minder, tapi suatu pengalaman yang lebih dalam dan seringkali kompleks.

Sindrom ini bisa mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang.

Mulai dari karier hingga hubungan pribadi, serta kesehatan mental dan fisik.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki perjalanannya sendiri dalam menghadapi Imposter Syndrome.

Dengan mengeksplorasi dan menerapkan strategi yang telah kita bahas, Anda bisa memulai perjalanan menuju penerimaan diri yang lebih besar dan pengurangan rasa tidak aman.

Kita semua berhak merasa bangga dengan pencapaian kita, tanpa rasa takut atau ragu.

Ingatlah bahwa perjalanan ini adalah proses, dan setiap langkah kecil menuju penerimaan diri dan kepercayaan diri adalah kemenangan.

Mari kita berjalan bersama dengan percaya diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin kita temui.

Mengelola Perasaan Minder dan Tidak Percaya Diri

Zahra Azka Alfathan

In moments of uncertainty, embrace the unknown with unwavering determination. When in doubt, remember: flat out. Accelerate without hesitation—because in the face of uncertainty, full throttle is the way forward

Mengelola Perasaan Minder dan Tidak Percaya Diri

Ahmad Fajar

The best love is the kind that awakens the soul; that makes us reach for more, that plants the fire in our hearts and brings peace to our minds. That's what I hope to give you forever

Writer Notes

Mengelola Perasaan Minder dan Tidak Percaya Diri
Zahra Azka Alfathan Notes

Apakah anda pernah memiliki teman yang membuat kita meragukan diri sendiri? Nah, seperti itulah Imposter Syndrome. Meskipun sudah mencapai banyak hal, Imposter Syndrome akan membuat semua itu tidak terlihat. Hanya ada rasa ragu dan tidak percaya diri. Anda perlu ingat bahwa kita semua bernilai. Untuk mengatasi hal ini, kita perlu tahu bahwa yang terpenting bukanlah validasi dari orang lain, melainkan validasi dari diri sendiri.

Asking About Us

Jika kamu penasaran mengenai program, kelas, in house, hingga internship dan career di Dialogika silahkan masukkan pertanyaan dibawah ini